Home > sekitar kita > Asal Usul Sejarah Nama Pulau-Pulau Besar di Indonesia
Asal Usul Sejarah Nama Pulau-Pulau Besar di Indonesia
Wednesday, May 16, 2012
Nama asli
Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan
cerita-cerita rakyat, adalah “Pulau Emas”. Istilah pulau ameh (bahasa
Minangkabau, berarti pulau emas) kita jumpai dalam cerita Cindur Mata
dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas
untuk menyebut pulau Sumatera. Seorang musafir dari Cina yang bernama
I-tsing (634-713), yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang
sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-chou yang
berarti “negeri emas”.
Dalam berbagai
prasasti, Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa (“pulau
emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama-nama ini sudah dipakai
dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk
paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi
Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan
pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke
Suwarnadwipa.
Para musafir Arab
menyebut Sumatera dengan nama Serendib (tepatnya: Suwarandib),
transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli
geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa
negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang
mengidentifikasi Serendib dengan Srilangka, yang tidak pernah disebut
Suwarnadwipa.
Lalu dari manakah
gerangan nama “Sumatera” yang kini umum digunakan baik secara nasional
maupun oleh dunia internasional? Ternyata nama Sumatera berasal dari
nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan ke-14. Para musafir
Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut
seluruh pulau.
Peralihan
Samudera (nama kerajaan) menjadi Sumatera (nama pulau) menarik untuk
ditelusuri. Odorico da Pardenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318
menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama
20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam
kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun
1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri
atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk
menyebutkan seluruh pulau.
Pada tahun 1490
Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia dan di sana
tertulis pulau Samatrah. Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun
1498 dan muncullah nama Camatarra. Peta buatan Amerigo Vespucci tahun
1501 mencantumkan nama Samatara, sedangkan peta Masser tahun 1506
memunculkan nama Samatra. Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu
Camatra, dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya Camatora.
Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak ‘benar’: Somatra.
Tetapi sangat banyak catatan musafir lain yang lebih ‘kacau’
menuliskannya: Samoterra, Samotra, Sumotra, bahkan Zamatra dan Zamatora.
Catatan-catatan
orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir
Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatra.
Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah
kita: Sumatera
Jawa:
Asal-usul nama
‘Jawa’ tidak jelas. Salah satu kemungkinan adalah bahwa para musafir
dari India menamakan pulau ini berdasarkan tanaman jáwa-wut, yang sering
dijumpai . Ada kemungkinan lain sumber: kata Jau dan variasinya berarti
“di luar” atau “jauh”. Dan, dalam bahasa Sansekerta yava berarti barley
atau Jelai atau Jawawut, tanaman yang terkenal pulau itu. Sumber lain
menyatakan bahwa kata “Jawa” berasal dari Proto-Austronesia yang berarti
‘rumah’.
Kalimantan:
• Pertama.
Borneo dari kata Kesultanan Brunei Darussalam yang sebelumnya merupakan kerajaan besar dan luas (mencakup Serawak dan sebagian Sabah karena sebagian Sabah ini milik kesultanan Sulu-Mindanao. Para pedagang Portugis menyebutnya Borneo dan digunakan oleh orang-orang Eropa. Di dalam Kakimpoi Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 Kerajaan Brunei kuno disebut “Barune”, sehingga ada pula yang menyebutnya “Waruna Pura”. Namun penduduk asli menyebutnya sebagai pulo Klemantan.
• Kedua.
Menurut Crowfurd dalam Descriptive Dictionary of the Indian Island (1856), kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer.
• Ketiga.
Menurut Dr. B. Ch. Chhabra dalam jurnal M.B.R.A.S vol XV part 3 hlm 79 menyebutkan kebiasaan bangsa India kuno menyebutkan nama tempat sesuai hasil bumi seperti jewawut dalam bahasa sanksekerta yawa sehingga pulau itu disebut yawadwipa yang dikenal sebagai pulau Jawa sehingga berdasarkan analogi itu pulau itu yang dengan nama Sansekerta Amra-dwipa atau pulau mangga.
• Keempat.
Menurut dari C.Hose dan Mac Dougall menyebutkan bahwa kata Kalimantan berasal dari 6 golongan suku-suku setempat yakni Dayak Laut (Iban), Kayan, Kenya, Klemantan, Munut, dan Punan. Dalam karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), C Hose menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa Melayu.
• Kelima.
Menurut W.H Treacher dalam British Borneo dalam jurnal M.B.R.A.S (1889), mangga liar tidak dikenal di Kalimantan utara. Lagi pula Borneo tidak pernah dikenal sebagai pulau yang menghasilkan mangga malah mungkin sekali dari sebutan Sago Island (pulau Sagu) karena kata Lamantah adalah nama asli sagu mentah.
• Keenam.
Menurut Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya Sriwijaya (LKIS 2006), kata Kalimantan bukan kata melayu asli tapi kata pinjaman sebagai halnya kata malaya, melayu yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung). Kalimantan atau Klemantan berasal dari Sanksekerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]: membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan.
Borneo dari kata Kesultanan Brunei Darussalam yang sebelumnya merupakan kerajaan besar dan luas (mencakup Serawak dan sebagian Sabah karena sebagian Sabah ini milik kesultanan Sulu-Mindanao. Para pedagang Portugis menyebutnya Borneo dan digunakan oleh orang-orang Eropa. Di dalam Kakimpoi Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 Kerajaan Brunei kuno disebut “Barune”, sehingga ada pula yang menyebutnya “Waruna Pura”. Namun penduduk asli menyebutnya sebagai pulo Klemantan.
• Kedua.
Menurut Crowfurd dalam Descriptive Dictionary of the Indian Island (1856), kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer.
• Ketiga.
Menurut Dr. B. Ch. Chhabra dalam jurnal M.B.R.A.S vol XV part 3 hlm 79 menyebutkan kebiasaan bangsa India kuno menyebutkan nama tempat sesuai hasil bumi seperti jewawut dalam bahasa sanksekerta yawa sehingga pulau itu disebut yawadwipa yang dikenal sebagai pulau Jawa sehingga berdasarkan analogi itu pulau itu yang dengan nama Sansekerta Amra-dwipa atau pulau mangga.
• Keempat.
Menurut dari C.Hose dan Mac Dougall menyebutkan bahwa kata Kalimantan berasal dari 6 golongan suku-suku setempat yakni Dayak Laut (Iban), Kayan, Kenya, Klemantan, Munut, dan Punan. Dalam karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), C Hose menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa Melayu.
• Kelima.
Menurut W.H Treacher dalam British Borneo dalam jurnal M.B.R.A.S (1889), mangga liar tidak dikenal di Kalimantan utara. Lagi pula Borneo tidak pernah dikenal sebagai pulau yang menghasilkan mangga malah mungkin sekali dari sebutan Sago Island (pulau Sagu) karena kata Lamantah adalah nama asli sagu mentah.
• Keenam.
Menurut Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya Sriwijaya (LKIS 2006), kata Kalimantan bukan kata melayu asli tapi kata pinjaman sebagai halnya kata malaya, melayu yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung). Kalimantan atau Klemantan berasal dari Sanksekerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]: membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan.
Sulawesi:
Orang Portugis
adalah yang pertama merujuk ke Sulawesi sebagai ‘Celebes’. Arti nama ini
tidak jelas. Satu teori mengklaim kalau itu berarti “sulit untuk
dicapai” karena pulau tersebut dikelilingi arus laut dan air dan sungai
yang deras. Nama modern ‘Sulawesi’ mungkin berasal dari kata-kata sula (
‘pulau’) dan besi ( ‘besi’) dan dapat merujuk kepada sejarah ekspor
besi dari Danau Matano yang kaya akan deposit bijih besi.
Irian Jaya atau Papua:
Pada masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini
Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea).
Setelah berada di
bawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian
Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi
Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas
Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.
Irian sendiri merupakan kependekan dari Ikut Republik Indonesia, Anti
Nederland (join/follow the Republic of Indonesia, rejecting the
Netherlands)
Nama provinsi ini
diganti menjadi Papua sesuai UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Papua. Pada 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan
Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh
pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan
bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian
menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi
Papua pada saat ini.
Kata Papua
sendiri berasal dari bahasa melayu yang berarti rambut keriting, sebuah
gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku-suku asli.
http://infoindonesia.web.id/asal-usul-nama-pulau-pulau-besar-di-indonesia
Terima kasih anda telah membaca artikel Asal Usul Sejarah Nama Pulau-Pulau Besar di Indonesia. Tak lengkap rasanya jika kunjungan anda di blog Inspirasiku-iq tanpa meninggalkan komentar. Untuk itu silahkan berikan tanggapan anda pada kotak komentar di bawah. Semoga artikel Asal Usul Sejarah Nama Pulau-Pulau Besar di Indonesia ini bermanfaat untuk anda.
Artikel Terkait :
Widget by [ inspirasiku-iq ]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment