Kelelawar Kebal Berbagai Penyakit Mematikan ?
Tuesday, January 15, 2013
Kelelawar merupakan binatang mamalia yang di dalam tubuhnya terdapat
berbagai virus mematikan, seperti Ebola, SARS dan Nipah. Tapi anehnya,
hewan ini kebal terhadap virus-virus tersebut.
Selama beberapa dekade terakhir beberapa ilmuwan dibuat bingung bagaimana kelelawar dapat kebal terhadap virus-virus mematikan di dalam tubuhnya. Namun, sebuah penelitian baru tentang gen telah menemukan titik terang menyangkut masalah tersebut.
Selama beberapa dekade terakhir beberapa ilmuwan dibuat bingung bagaimana kelelawar dapat kebal terhadap virus-virus mematikan di dalam tubuhnya. Namun, sebuah penelitian baru tentang gen telah menemukan titik terang menyangkut masalah tersebut.
animal.discovery.com
Para ilmuwan mempelajari DNA dari dua spesies kelelawar dan menemukan
bagaimana gen yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuhnya telah
mengalami perkembangan yang cepat.
Profesor Lin Fa Wang, ahli penyakit menular dari Duke NUS Graduate Medical School di Singapura, yang memimpin penelitian ini, mengatakan bahwa hasil penelitian menjelaskan bagaimana hewan mamalia itu bisa bebas dari penyakit dan dapat hidup lebih lama dari pada hewan mamalia lain yang seukuran, seperti tikus.
"Kami tidak mengatakan kelelawar tidak pernah sakit atau pernah terinfeksi. Yang kami katakan adalah kelelawar dapat mengatasi infeksi jauh lebih baik daripada binatang lain," kata Lin Fa Wang, seperti dilansir Reuters.
Inilah Gen Pembuat Kebal
a menambahkan, yang terjadi pada kedua kelelawar itu adalah munculnya gen yang dikenal dengan nama cytokine storm, gen ini dapat memicu reaksi terhadap kekebalan ekstrem pada infeksi yang berpotensi fatal bagi kelelawar.
"Gen cytokine storm ini yang pada akhirnya membunuh virus-virus yang berada di dalam tubuhnya. Kita pun dapat belajar merancang obat untuk manusia dari gen tersebut untuk meminimalkan kerusakan akibat dari infeksi virus," ujarnya.
Penelitian yang melibatkan peneliti-peneliti dari China, Denmark, Australia dan Amerika Serikat, ini juga menemukan bahwa gen yang memberikan sistem kekebalan tubuh pada kelelawar adalah gen yang sama yang membuat kelelawar memiliki kemampuan untuk terbang.
"Apa yang kami temukan adalah salah satu gen yang berkembang sangat cepat dalam memperbaiki kerusakan DNA. Ini masuk akal, karena ketika terbang metabolisme akan naik dan menghasilkan radikal bebas untuk menghadang virus-virus," tambah Lin Fa Wang.
Lin Fa Wang menegaskan bahwa manusia bisa belajar dari kelelawar yang telah berevolusi untuk menghindari penyakit dan dapat hidup sangat panjang.
"Dengan menggunakan teknik modern, kami dapat merancang obat baru untuk memperlambat proses penuaan, mengobati kanker dan melawan infeksi," kata Lin Fa Wang.
Profesor Lin Fa Wang, ahli penyakit menular dari Duke NUS Graduate Medical School di Singapura, yang memimpin penelitian ini, mengatakan bahwa hasil penelitian menjelaskan bagaimana hewan mamalia itu bisa bebas dari penyakit dan dapat hidup lebih lama dari pada hewan mamalia lain yang seukuran, seperti tikus.
"Kami tidak mengatakan kelelawar tidak pernah sakit atau pernah terinfeksi. Yang kami katakan adalah kelelawar dapat mengatasi infeksi jauh lebih baik daripada binatang lain," kata Lin Fa Wang, seperti dilansir Reuters.
Inilah Gen Pembuat Kebal
a menambahkan, yang terjadi pada kedua kelelawar itu adalah munculnya gen yang dikenal dengan nama cytokine storm, gen ini dapat memicu reaksi terhadap kekebalan ekstrem pada infeksi yang berpotensi fatal bagi kelelawar.
"Gen cytokine storm ini yang pada akhirnya membunuh virus-virus yang berada di dalam tubuhnya. Kita pun dapat belajar merancang obat untuk manusia dari gen tersebut untuk meminimalkan kerusakan akibat dari infeksi virus," ujarnya.
Penelitian yang melibatkan peneliti-peneliti dari China, Denmark, Australia dan Amerika Serikat, ini juga menemukan bahwa gen yang memberikan sistem kekebalan tubuh pada kelelawar adalah gen yang sama yang membuat kelelawar memiliki kemampuan untuk terbang.
"Apa yang kami temukan adalah salah satu gen yang berkembang sangat cepat dalam memperbaiki kerusakan DNA. Ini masuk akal, karena ketika terbang metabolisme akan naik dan menghasilkan radikal bebas untuk menghadang virus-virus," tambah Lin Fa Wang.
Lin Fa Wang menegaskan bahwa manusia bisa belajar dari kelelawar yang telah berevolusi untuk menghindari penyakit dan dapat hidup sangat panjang.
"Dengan menggunakan teknik modern, kami dapat merancang obat baru untuk memperlambat proses penuaan, mengobati kanker dan melawan infeksi," kata Lin Fa Wang.
Sumber:
Labels:
Keajaiban Makhluk Allah
Fakta Mengenai Ciuman
Ini adalah fakta
menarik soal ciuman. Ia tidak hanya bumbu utama kala bermesraan, namun
bisa menjadi satu pertanda, atau sensasi yang tidak akan habis
dieksplorasi.
Bibir lebih Sensitif Dibanding Jari
Terdapat syaraf 100 kali lebih banyak di
bibir daripada jari. Itulah kenapa berciuman sebelum, selama, dan
sesudah bercinta sangat memuaskan.
40 persen laki-laki berkata…
Berciuman dalam waktu yang lama membuat mereka sangat siap untuk berhubungan seks. (sumber : polling Cosmopolitan, april 2009)
Perhatikan kecupan pamit laki-laki
Jika biasanya pria Anda mengecup dengan
cepat, tandanya ia sangat menjaga diri dan tidak mudah terbawa emosi.
Namun jika hal itu baru saja terjadi, waspadalah karena itu tanda si
dia mulai merasa ragu dengan hubungan Anda dan dia. (sumber : pakar body language, Tony Reiman)
Keintiman Berciuman Bertambah Jika…
Tidak ada jarak kala berciuman. Kala
pinggul bertemu, kadar keintiman Anda dan pasangan akan melonjak
drastis. (sumber : penulis buku The Art of Kissing, William Cane)
Jika Pria Mulai Membuka Mulut
Tidak sekadar mengajak bermain lidah,
namun juga mentransfer testoteron kepada Anda. Jadi ketika dia mulai
agresif, ini tidak hanya soal gairahnya, namun ia juga ingin Anda lebih
“terbakar”. (sumber : studi University of Albany)
54 Persen Perempuan…
Antara usia 18-24
tahun mengaku pernah berciuman dengan sesama perempuan. Presentase
turun menjadi 43 persen untuk wanita berusia 25-34 tahun.
Labels:
opini
Mengapa Kita Merasakan Gatal?
Gatal seringkali membuat kita serba salah, digaruk bikin kulit lecet
tapi didiamkan semakin mengganggu. Apa sih penyebab tubuh kita bisa
merasakan gatal?
Dalam tubuh terdapat sel-sel saraf tertentu yakni dMrgprA3+ yang khusus mendeteksi rasa gatal. Jadi saat digigit nyamuk, atau gatal karena alergi dan lain sebagainya, sel saraf inilah yang mengirim pesan pada otak bahwa ada yang mengganggu jaringan kulit pada lokasi tubuh tertentu.
Dalam tubuh terdapat sel-sel saraf tertentu yakni dMrgprA3+ yang khusus mendeteksi rasa gatal. Jadi saat digigit nyamuk, atau gatal karena alergi dan lain sebagainya, sel saraf inilah yang mengirim pesan pada otak bahwa ada yang mengganggu jaringan kulit pada lokasi tubuh tertentu.
news.sciencemag.org
Di mana letak saraf tersebut? Saraf gatal berada di dalam
tulang belakang, dekat sumsum tulang belakang, dan hanya merespons
lokasi di dalam kulit. "Itu menjelaskan mengapa orang merasa terdorong
untuk menggaruk kulit mereka, tetapi tidak merasakan gatal di organ
internal," kata Dong kepada LiveScience.
Dulu, para ahli
memperkirakan bahwa reseptor untuk rasa sakit dan gatal terkait. Namun,
tim dari Johns Hopkins University menemukan bahwa dMrgprA3+, khusus
mendeteksi sensasi gatal dan tidak mendeteksi rasa sakit.
"Sel-sel
khusus rasa gatal itu telah dicari selama beberapa dekade," ujar para
peneliti dalam makalah mereka yang dipublikasikan dalam Nature
Neuroscience. "Keberadaan neuron tersebut sempat diragukan baru-baru ini
menyusul hasil pengamatan bahwa neuron itu juga menanggapi rangsangan
yang menyakitkan."
Untuk mengidentifikasi sel-sel rasa gatal,
Xinzhong Dong, seorang neuroscientist di Johns Hopkins University,
melakukan rekayasa genetika terhadap tikus yang memiliki sel saraf yang
bersinar hijau ketika gatal.
Para peneliti kemudian menaruh
beberapa senyawa pada tikus itu, seperti histamin dan bahan aktif dalam
bubuk gatal, dan mencari saraf yang bersinar hijau. Para peneliti
kemudian mematikan saraf yang menyala, dan menemukan tikus yang lecet
jauh lebih sedikit.
Apa kegunaan penelitian ini? Para peneliti
sekarang berharap mereka dapat membungkam sel-sel itu untuk
mengembangkan pengobatan anti gatal yang lebih baik.
"Studi kami membuka jalan baru untuk mempelajari gatal dan mengembangkan terapi anti-pruritus, " kata mereka.
Sumber:
Labels:
Inspirasi Sehat
Subscribe to:
Posts (Atom)