Halo Prends! |
Pasang Iklan | Kontak | Profile | Sitemap

Seandainya saya bukan seorang Muslim, saya akan menjadi warga negara Myanmar

Friday, July 13, 2012

Lintaskan !
Saya lahir di negara bagian Arakan, Myanmar. Orangtua saya juga lahir di sana. Nenek moyang saya juga. Ada banyak kelompok etnis di Myanmar. Mereka semua non-Muslim. Mayoritas adalah Buddha, dan beberapa dari mereka adalah Kristen. Namun mereka semua diakui sebagai warga negara Myanmar.
Orang-orang Kristen ini juga menghadapi berbagai macam rasisme di Myanmar seperti yang kalian semua ketahui, tetapi kurang dari Muslim Rohingya di negara bagian Arakan (kebanyakan rasisme menimpa Muslim Rohingya - red) . Karena mereka bukan orang-orang Buddha. Ada banyak orang China di Myanmar yang bermigrasi dari China, saat ini mereka adalah warga negara Myanmar. Ada banyak orang-orang Bangladesh etnis Rakhine, terutama, di negara bagian Arakan yang telah mendapatkan kebangsaan Myanmar. Ada banyak orang-orang Hindu yang bermigrasi dari India dan Nepal. Mereka semua telah diberikan status kebangsaan karena mereka bukan Muslim.
Ada bukti-bukti sejarah bahwa di sana ada orang-orang China dan Hindu di Myanmar. Sekarang, darimana mereka datang dengan kewarganegaraan Myanmar? Seperti yang saya katakan sebelumnya, ada ribuan orang Bangladesh etnis Rakhine di negara bagian Arakan yang bermigrasi dari Bangladesh yang sekarang dengan kewarganegaraan Myanmar. Berdasarkan beberapa orang rasis, Rohingya adalah dari Bangladesh karena bahasa mereka mirip dengan bahasa Bangladesh. Saya ingin bertanya kepada orang-orang rasis itu, begini: 'Apa perbedaan bahasa Rakhine dan bahasa Burma? Bukankah itu sama? bahasa Rakhine adalah bahasa yang 80 persen-nya mirip dengan bahasa Burma. Apakah ini berarti bahwa orang-orang Rakhine adalah keturunan orang Burma atau orang Burma datang dari Rakhine? Sejumlah orang-orang rasis mengatakan bahwa agama orang Rohingya (Islam) dan kebudayaannya tidak seperti kita (warga Burma), bagaimana bisa mereka diberikan kewarganegaraan? Ini adalah alasan yang sangat logis. Seperti yang kita ketahui semua, ada umat Islam di setiap negara di dunia dengan berbeda-beda bangsa dan budaya. Dan ada juga non-Muslim di negara-negara Muslim. Contohnya saja, ada orang Buddha Rakhine di Bangladesh dengan kebangsaan Bangladesh.
Apakah agama dan budaya mereka sama? Dapatkan sebuah bahasa menjadi faktor penilaian dalam apakah sebuah komunitas adalah sebuah warga di sebuah negara atau bukan? Berdasarkan sejumlah orang-orang rasis, kaum Muslimin di Arakan tidak bisa menjadi kebangsaan Myanmar hanya karena mereka tidak dapat berbicara bahasa Burma. Orang salah jika berkata demikian, karena kaum Muslimin yang berpendidikan di Arakan dapat berbicara bahasa Burma dengan fasih. Lebih dari 90 persen orang Rakhine di Arakan tidak dapat berbicara bahasa Burma dengan fasih, malahan mereka berbicara dalam bahasa Rakhine. Di samping itu, sejumlah orang-orang Kachins, Chins, Mons, dan Shans dan lain-lain tidak dapat berbahasa Burma. Bukankah mereka warga negara Myanmar? Faktanya (faktor bahasa - red) , tidak dapat dijadikan faktor penilaian dalam menetapkan kebangsaan orang-orang di Myanmar.
Sejauh yang saya perhatikan, banyak Muslim di Arakan tidak bisa berbicara dalam bahasa Burma karena orang-orang itu sebagaian besar terkunci (diblokir) di utara negara bagian Arakan dan tidak ada kedekatan dan hubungan dekat antara orang Burma dan orang-orang tersebut (Muslim Rohingya). Banyak dari mereka tidak dapat menemukan seorang warga Burma untuk diajak biacara dalam bahasa Burma. Jadi, bagaimana mereka dapat berbahasa Burma? Kita harus berpikir logis daripada dengan dasar sewenang-wenang. Tetapi mereka (orang Muslim) yang memiliki hubungan dekat dengan warga lokal Rakhine, dapat berbicara dalam bahasa Rakhine dengan fasih. Hal yang lebih buruk adalah bahwa, bahkan banyak siswa sekolah tinggi di Maung Daw dan Buthidaung tidak dapat berbicara bahasa Burma dengan fasih karena mereka di sekolah mereka, diajari dalam bahasa lokal berdialek Rakhine bahkan meskipun buku-bukunya berbahasa Burma.
Lebih dari itu, di India, etnis Talim, Telugu dan lain-lain bahkan tidak tahu bahasa resmi Hindi, apalagi berbicara dengannya. Bukankah mereka warga negara India? Di China, bahasa resminya adalah Mandarin dan ada jutaan orang yang tidak dapat berbicara dalam bahasa itu. Bunaknkah mereka warga China? Di Tahailand, orang-orang yang tinggal di bagian selatan tidak dapat berbicara bahasa Thailand dengan benar. Bukankah mereka dianggap sebagai warga negara Thailand? Di Bangladesh, ada jutaan orang yang tidak dapat berbicara bahasa Shudda Basha. Bukankah mereka warga negara Bangladesh? Ini adalah beberapa contoh. Orang-orang yang berpikiran terbuka, logis dan cinta-damai akan memahami ini.
Di sini, saya ingin bertanya kepada orang-orang yang mengkritik Muslim Rohingya karena tidak dapat berbicara bahasa Burma secara fasih bahwa 'bagaimana mereka dapat berbicara secara fasih dalam keadaan yang mana mereka lahir di negara bagian Arakan, dan mereka diisolasi di sebuah kandang seperti burung?.' Jadi, untuk memenuhi syarat sebagai kelompok etnis, mereka tidak seharusnya selalu dapat berbicara bahasa yang dominan di masyarakat mayoritas.
Jadi, saya pikir satu-satunya "kesalahan" saya adalah bahwa Saya Seorang Muslim!
Aung Min, Muslim Arakan
Diterjemahkan dari AMEF
(siraaj/arrahmah.com)

Artikel Terkait :

Widget by [ inspirasiku-iq ]

0 comments:

Post a Comment